PANGANNEWS.COM – Inflasi komponen harga pangan yang bergejolak adalah cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit.
Komponen tersebut tercatat mengalami deflasi sebesar 0,31 persen.
Inflasi April 2024 diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) lebih rendah secara bulanan dan secara tahunan.
Bahkan tingkat inflasi nasional secara bulanan menurut BPS berada di 0,25 persen.
Baca Juga:
Selain Pupuk Masih Sulit Diperoleh, Peternak Sapi Perah Kota Batu Keluhkan Harga Susu Terlalu Rendah
Target Pencapaian Swasembada Pangan Maju Jadi Tahun 2027, Ini Penegasan Menko Pangan Zulkifli Hasan
Padahal pada April lalu bertepatan dengan momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu Ramadan dan Lebaran
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan hal itu dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (3/5/2024).
“Alhamdulilah, ini jadi buah hasil kerja keras kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, para asosiasi, dan seluruh stakeholder pangan.”
“Sehingga terlihat hasil positifnya dan terbukti mampu meredam laju inflasi di April, terutama sektor pangan.”
Baca Juga:
Sambut Kuartal IV Tahun 2024, Snapcart Ungkap Marketplace Pilihan Brand Lokal dan UMKM
Di Hadapan Pimpinan Negara G20, Presiden Prabowo Subianto Kembali Suarakan Perdamaian Palestina
“Kita ketahui bersama, pada April lalu bertepatan dengan momen Ramadan dan Lebaran,” ucap Arief Prasetyo Adi.
Menurut BPS, andil inflasi secara bulanan beberapa komoditas pangan di April 2024.
Antara lain bawang merah -0,14 persen, beras -0,12 persen, telur ayam ras -0,06 persen, dan cabai rawit -0,04 persen.
Adanya tren deflasi komoditas pangan pokok tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh berbagai program intervensi yang dilakukan pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Baca Juga:
Perusahaan Teknologi Meta, TikTok, dan X Diminta Proaktif Basmi Praktik Judi Online di Indonesia
“Menjelang Lebaran, kita implementasikan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus digencarkan.”
“GPM serentak dilaksanakan di berbagai daerah dan tentunya diiringi pula dengan memastikan stok pangan senantiasa tersedia di pasar.”
“Misalnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Bulog. Lalu program bantuan pangan juga terus disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah,” papar Arief.
“Kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga yang kita terapkan juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional.”
“Terutama di pasar retail modern. Ini dilakukan semata-mata agar masyarakat luas dapat memperoleh akses pangan yang mudah dan terjangkau,” sambungnya.
Per 26 April 2024, Bapanas bersama pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota.
Ini masih terus dilanjutkan berupa kolaborasi Bapanas dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder pangan dengan menghelat GPM di 63 titik di area Jakarta plus 2 Pasar Mitra Tani Hortikultura mulai 29 April sampai 8 Mei mendatang.
Sementara, realisasi penderasan beras program SPHP oleh Bulog sampai 25 April telah menyentuh total angka 650 ribu ton dari target 1,2 juta ton di tahun ini.
Selanjutnya, bantuan pangan beras tahap pertama per 26 April pun telah mencapai 647 ribu ton atau 98,08 persen.
Lebih lanjut, bantuan penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS).
Program ini untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting di 2024 yang dicanangkan dapat mencapai 14 persen.